Oleh : Rajab Effendi
GURU sebagai pendidik sekaligus pengajar yang secara profesional memiliki kewajiban memberikan ilmu dalam tiga aspek kompetensi. Yaitu kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik. Guru juga memiliki peranan yang sangat penting dalam peningkatan kompetensi tersebut agar tercapai tujuan pendidikan nasional. Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah terciptanya peserta didik yang cerdas dan berkarakter. Sebagai guru, pastilah bercita-cita semua peserta didik memiliki kompetensi dan hasil belajar yang memadai dalam setiap pelajaran. Terkadang cita-cita itu berbanding terbalik dengan hasil yang dicapai selama di kelas. Hal ini lah yang menjadi tugas guru dalam memperbaiki kualitas pembelajaran terhadap siswa-siswinya. Dalam pembelajaran di kelas tentu sangat banyak temuan yang dihadapi guru, khususnya pada muatan pelajaran Matematika. Diakui memang, bahwa pelajaran Matematika banyak dirasakan oleh sebagian siswa-siswi menyulitkan dan bahkan membosankan. Namun pada pembelajaran matematika di tingkat SD khususnya, dapat ditarik sebuah kesimpulan sementara, bahwa pembelajaran matematika merupakan ilmu yang bersifat abstrak dan berisi konsep-konsep yang dapat diterapkan melalui serangkaian kegiatan pembelajaran agar siswa memperoleh kompetensi dan tujuan yang dipelajari.
Berdasarkan pengalaman dalam melaksanakan pembelajaran Matematika pada materi operasi hitung, belum mencerminkan hasil yang diharapkan. Karena masih terdapat siswa-siswi yang belum tuntas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Khususnya pada kompetensi dasar dalam penjumlahan, yang mana para siswa-siswi sering kesulitan dalam menjawab soal-soal perkalian. Dari penemuan ini, sebagai guru Matematika menemukan permasalahan pokok yang sering muncul dalam pembelajaran. Ketiga permasalahan pokok tersebut adalah ; (1) ketika guru menjelaskan materi berhitung dan memberikan soal latihan, sebagian besar siswa-siswi sering terlihat mengalami kesulitan atau kebingungan belajar, (2) siswa-siswi juga terlihat kurang semangat dalam mengikuti pembelajaran (3) dan ketika guru memberikan evaluasi, sebagian besar siswa-siswi kurang antusias mengerjakan evaluasi. Dari ketiga pemasalahan inilah yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa-siswi pada pelajaran Matematika. Sebagai guru Matematika khususnya, menjadi beban moral terhadap generasi ke depan karena dikhawatirkan para siswa-siswi menjadi Phobia Matematika.
Memang satu sisi diakui, dalam kehidupan bermasyarakat nantinya, Ilmu Matematika tidak begitu mendominasi. Namun jangan salah, Ilmu Matematika tetap selalu digunakan pada setiap lini kehidupan. Dalam hal ini penjumlahan, perkalian, pengurangan dan pembagian atau yang disebut juga (Aritmetika). Karena rumusan tersebut merupakan ilmu dasar dari rumusan Matematika lainnya seperti, Aljabar, Geometri, Trigonometri dan lain-lainnya. Jika kita sedikit melihat ke belakang, sudah sepantasnya kita berterimakasih kepada penemu ilmu penjumlahan, perkalian, pengurangan dan pembagian ini. (Wikipedia) Bangsa Yunani adalah penemu Aritmetika, yang mana Aritmetika dalam Bahasa Yunani Arithnos yakitu angka atau dulunya disebut ilmu hitung yang merupakan cabang (atau pendahulu) matematika yang mempelajari operasi dasar bilangan. Oleh orang awam, kata Aritmetika sering dianggap sebagai sinonim dari teori bilangan.
Selain itu, tecatat juga dalam sejarah, tahun 780-850 Masehi, Al-Khawarizmi, seorang tokoh yang pertama kali memperkenalkan Aljabar dan Hisab. Tokoh dari Tanah Arab dengan nama lengkap Muḥammad bin Mūsā Al-Khawarizmi, seorang ahli dalam bidang matematika, astronomi, astrologi dan geografi yang berasal dari Persia. Al-Khawarizmi sebagai guru Aljabar di Eropa. Beliau juga menciptakan pemakaian Secans dan Tangen dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi. Dalam usia muda beliau bekerja di bawah pemerintahan Khalifah al-Ma’mun, bekerja di Bayt Al-Hikmah, Baghdad. Beliau bekerja dalam sebuah observatory yaitu tempat belajar matematika dan astronomi. Al-Khawarizmi juga dipercaya untuk memimpin perpustakaan khalifah. Beliau juga merupakan seorang penulis Ensiklopedia dalam berbagai disiplin. (sumber : islampos.com)
Kembali pada terapan pembelajaran di sekolah, setelah disurvei, teridentifikasilah beberapa penyebab rendahnya hasil belajar siswa-siswi, yaitu: 1) selama ini pembelajaran yang dilakukan guru khususnya pada materi matematika di SD khususnya di awal-awal kelas tinggi menyampaikan materi operasi hitung hanya dengan metode yang masih konvensional (metode ceramah) yang sangat mungkin dirasa membosankan bagi siswa-siswi; 2) Guru kurang inovatif dalam melakukan pembelajaran (tidak ada media pembelajaran/alat peraga); 3) Penggunaan pendekatan dan strategi pun kurang maksimal, dimana guru lebih banyak mendominasi aktivitas dalam pembelajaran. Demikian pun dalam menjelaskan materi operasi hitung selama ini guru masih menggunakan metode ceramah dengan pusat pembelajaran masih pada guru, siswa-siswi seolah dijadikan sebagai objek. Guru juga dalam melakukan pembelajaran masih terpaku pada buku pelajaran yang ada atau masih dengan cara kolot dan monoton alias statis. Misalnya, dalam pembelajaran menjumlahkan soal perkalian, guru masih menggunakan sistem konvensional dengan cara yang biasa. Pada aktivitas ini, sering ditemui siswa-siswi mengalami kesulitan dalam menjawab soal yang diberikan guru karena tidak hafal perkalian. Inilah yang dmaksud pembelajaran yang menggunakan cara abstrak karena membuat siswa merasa kebingungan. Terutama bagi siswa yang intaknya rendah dengan daya nalarnya yang lambat. Siswa-siswi dari golongan ini pada akhir pembelajaran tentu tidak mendapatkan apa-apa. Penyajian yang abstrak membuat siswa-siswi merasa kesulitan dalam memahami konsep yang diajarkan. Suasana kelas tidak pun kondusif karena kurangnya antusias dari para siswa-siswi ketika proses belajar berlangsung. Tentu hal ini membuat proses belajar mengajar kurang menyenangkan. Siswa-siswi jadi kurang termotivasi dalam belajar. Dan dari kelemahan-kelemahan inilah yang berdampak pada hasil belajarnya yang rendah.
Musfiqon (2012 : 8) menegaskan, bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor dari dalam diri siswa (internal factor) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (external factor). Faktor dari dalam diri siswa terutama menyangkut kemampuan yang dimiliki siswa. Faktor ini besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang akan dicapai. Maka dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa, hasil belajar adalah kompetensi yang didapat oleh peserta didik selama belajar meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan melalui faktor internal ataupun external. Media pembelajaran adalah faktor dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajar.
Berdasarkan pengalaman mengajar sering dijumpai betapa sulitnya membelajarkan matematika bagi peserta didik terutama pada saat mengerjakan soal yang berhubungan dengan perkalian. Banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal terutama saat mendapatkan soal penjumlahan materi perkalian ini terlihat bahwa peserta didik banyak yang belum hapal perkalian sehingga kesulitan dalam menjawab soal.
Diperlukan suatu terobosan baru dalam melakukan pembelajaran Matematika terutama dalam materi operasi hitung. Guru dituntut bisa berkreasi dan membuat inovasi agar siswa tertarik dan termotivasi untuk belajar. Dalam setiap pembelajaran yang dilaksanakan di kelas, sebagai guru kita tidak hanya menggunakan buku sebagai sumber belajar. Lingkungan sekitar dan benda-benda yang ada di sekelilingnya dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Bahkan sebagai guru yang inovatif bisa memanfaatkan benda-benda di sekeliling sebagai media pembelajaran yang berfungsi untuk menunjang proses belajar.
Dari pengalaman pembelajaran tersebut telah menumbuhkan pemikiran baru untuk mengajukan suatu jenis alat peraga pembelajaran Matematika abad 21 yaitu “Brankas Dubes”. Istilah ‘Brankas’ dapat diartikan secara umum yaitu sebuah tempat atau juga dapat dikatakan sebuah kotak besi yang digunakan sebagai pelindung barang-barangberharga yang berbentuk persegi, kotak atau kubus. Sedangkan ‘Dubes’ secara umum yang diketahui yaitu petugas penting dalam kenegaraan yang merupakan utusan dari pemerintahan untuk mewakili negaranya. Kata “Brankas Dubes” dalam pembelajaran Matematika abad 21 yang dimaksud adalah, sebuah alat yang terbuat dari kardus bekas yang diolah penulis selanjutnya digunakan sebagai alat hitung cepat pada pembelajaran Matematika sesuai dengan langkah pembelajaran yang telah ditentukan. Kardus berbentuk kubus tersebut selanjudnya ditempel stiker angka yang telah penulis olah sendiri menjadi sebuat alat dalam berhitung Matematika Abad 21 sesuai dengan langkah-langkah dalam pembelajaran Matematika Abad 21.
Penggunaan alat peraga “Brankas Dubes” diharapkan dapat meningkatkan pemahaman peserta didik pada pembelajaran Matematika khususnya pada materi operasi hitung yang ditandai dengan meningkatnya hasil belajar peserta didik. Karena alat peraga “Brankas Dubes” ini sangat sederhana dan mudah dipahami oleh peserta didik. Namun dalam penggunaannya, siswa-siswi dikenalkan dahulu konsep bentuk kubus itu seperti apa yang sebenarnya, kemudian dihubungkan pada materi operasi hitung sebagai solusi dalam menghitung cepat saat menemui soal perkalian sehingga alat peraga ini dapat membantu peserta didik dalam pemahaman penjumlahan dengan cara cepat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa “Brankas Dubes” adalah sebuah alat peraga pembelajaran berbentuk kubus yang telah ditempel stiker hitung yang digunakana untuk melatih keterampilan dalam berhitung mencari penjumlahan pada pembelajaran Matematika.
Konsep Pembelajaran Media “BRANKAS DUBES”
Media atau alat peraga “Brankas Dubes” terinspirasi dari permainan yang anak-anak sering gunakan atau yang dikenal dengan permainan Rubik Kubus. Yang mana permainan Rubik merupakan suatu alat asah otak anak-anak pada warna-warna di kubus itu, yang kemudian penulis hubungkan dengan perkalian diagram yang sudah ada yang selanjutnya penulis otak atik angka tersebut yang menghasilkan strategi dalam hitung cepat melalui sebuat bentuk Rubik dengan bahan dasar kardus bekas yang kemudian diolah menjadi bentuk Kubus bangun ruang. Alat peraga ini diotak-atik penulis dengan angka yang sudah ada dalam diagram perkalian yang kemudian dikembangkan dalam angka yang lebih besar selanjutnya dengan konsep penjumlahan dari sebelah kiri penulis menggunakan trik hitung cepat melalui angka-angka yang telah dibuat. Sehingga menghasilkan cara cepat hitung terutama pada penyelesaian soal yang berhubungan dengan materi perkalian baik satu angka, dua angka, tiga angka dan seterusnya.
Media atau alat peraga “Brankas Dubes” dibuat sebagai solusi dalam penyelesaian penjumlahan yang berhubungan dengan materi perkalian. Alat ini bisa melatih siswa-siswi dalam proses penjumlahan sederhana. Bagi siswa-siswi yang mengalami kesulitan dalam berhitung dengan alat ini memudahkan siswa-siswi tersebut. Karena penggunaan alat peraga ini selain mudah dipahami oleh para siswa, juga dapat dilakukan dengan cara olimpiade dengan games (permainan) hitung cepat biasanya. Dan kegiatan seperti ini sangat memotivasi siswa-siswi dalam belajar Matematika, sehingga mindset siswa-siswi bahwa pelajaran Matematika itu menyenangkan. Setelah penerapan di lapangan, alat peraga ini akhirnya direspon positif dan mudah dipahami oleh siswa-siswi secara menyeluruh. Baik cara penggunaannya maupun hasil yang dicapai, terutama pada penyelesaian materi yang berhubungan dengan operasi hitung.
Penggunaan alat peraga “Brankas Dubes” di sekolah dasar sangat efektif dan dapat meningkatkan hasil belajar para siswa pada pembelajaran matematika yang berhubungan dengan penjumlahan cara hitung cepat soal pada soal perkalian. Sehingga siswa-siswi merasa lebih senang dan terbantu, terutama melatih keterampilan berhitung. Sebagai saran dalam pembelajaran ini, diharapakan guru memiliki cara yang menarik atau mencari inovasi pembelajaran agar para siswa lebih bersemangat dalam belajar Matematika. Dalam penggunaan media belajar atau alat peraga, diusahakan tepat dan sesuai dengan kondisi belajar di kelas dan dapat membantu siswa-siswi dalam memahami materi pelajaran. Selain itu, guru diharapkan mengenalkan alat peraga ini kepada para siswa sehingga siswa-siswi dapat menggunakan alat ini. Bentuk dan kemasan alat peraga “Brankas Dubes” ini masih bersifat sederhana. Penulis masih terus mencoba mengembangkan dan menyempurnakan lagi bentuk dan kemasannya demi kenyamanan siswa-siswi dalam menggunakan alat peraga tersebut sehingga para siswa pada akhirnya akan menyukai pelajaran Matematika.
Penulis sekarang mengajar di SDIT Khoiru Ummah dan SMKIT Khoiru Ummah. Alumni STAIN Curup Prodi Bimbingan Konseling (BK) dan Universitas Terbuka Jurusan PGSD. Pengalamanan mengajar 11 tahun.
Prestasi yang pernah diraih Penulis ;
1. Bimtek Inobel (2016)
2. Finalis Lomba Forum Ilmiah Tingkat Nasional (2014)
3. Finalis Lomba OLimpiade Nasional Inovasi Pembelajaran ( ONIP) PPPPTK Matematika di Yogyakarta (2016)
4. Juara II Guru Berprestasi Tingkat Provinsi Bengkulu (2015)
5. Juara II PIG Tingkat Provinsi Bengkulu (2015)
6. Juara Lomba Guru Bimbingan dan Konseling Tingkat Provinsi Bengkulu (2013, 2014, 2015)
7. Juara II Nasional Inobel Tingkat Nasional (2017)
8. Juara Harapan I Lomba Budaya Mutu Tingkat Provinsi Bengkulu (2015)
9. Peringkat Terbaik VI Menulis Artikel Pendidikqn Tingkat Kabupaten Rejang Lebong (2014)
10. Lomba Mendongeng Guru Bagi Siswa, Tingkat Provinsi Bengkulu (2009, 2010)
11. Juara I Guru Berprestasi Tingkat Kabupaten Rejang Lebong (2015)