Apa arti sebuah lilin dalam kehidupan? Lilin memang hanya sebuah benda kecil, namun kegunaannya baru nyata ketika lampu/listrik di rumah kita padam. Tapi sisi lainnya, lilin adalah cahaya. Cahaya merupakan sebentuk materi. Kebalikannya adalah gelap. Gelap tidak memiliki daya dan gelap adalah keadaan hampa cahaya. Karena itu, meskipun kecil, lilin bisa menjadi pengusir gelap.
Kisah kisah inspirasi Allaah memisalkan petunjuk dengan cahaya, kesesatan sebagai gelap. Ini mengisyaratkan, pasukan kesesatan tak memiliki sedikitpun daya di depan pasukan cahaya. Ia hadir ketika pasukan cahaya menghilang. Sepanjang sejarah, Hamba-Nya mengalami kesesatan ketika ‘roda pergerakan syiar dakwah’ berhenti bergerak.
Di sini tersirat sebuah kaedah syiar dakwah. Bahwa gelap yang menyelimuti langit kehidupan kita sebenarnya bisa diusir dengan mudah jika kita mau menyalakan lilin syiar. Berhentilah mengikuti gelap. Toh, gelap itu tak berwujud dan tak berdaya. Menghidupkan terang juga tak mesti memanggil matahari untuk mengusir gelap. Tidak juga bulan.
Tak ada yang bisa kita selesaikan dengan kutukan. Sama seperti tak bergunanya, ratapan di depan sebuah bencana. Musibah, jahiliyah, kekalahan yang sekarang merajalela di seantero dunia Islam, tak perlu ‘di islah’ dengan kutukan ataupun ratapan. Sebab kedua tindakan itu tidak menunjukan sikap ‘Ijabiyah’ (positif) dalam menghadapi realita. “Adalah lebih baik menyalakan sebatang lilin dari pada mengutuk kegelapan”.
Sikap ijabiyah menuntut kita untuk menciptakan kehadiran yang berimbang dengan kehadiran fenomena jahiliyah dalam pentas kehidupan. Ini mungkin tak kita selesaikan dalam sekejap. Tapi sikap mental imani yang paling minimal yang harus terpatri dalam jiwa kita, adalah membuang keinginan untuk pasrah atau menghindari kenyataan. Kenyataan yang paling buruk sekalipun, tidak boleh melebihi besarnya kapasitas jiwa dan iman kita untuk menghadapinya.
Di sini ada sebuah pengajaran yang agung, bahwa sudah saatnya kita membuang kecenderungan meremehkan potensi diri kita. Ketika kita mempersembahkan sebuah amal yang sangat kecil, saat itu kita harus membesarkan jiwa kita dengan mengharap hasil yang memadai. Sebab dari amal yang kecil itu, selama ia baik, akan mengilhami kita untuk melakukan amal yang lebih besar.
Ibnul Qayyim mengatakan, sunnah yang baik, akan mengajak pelakunya melakukan ‘saudara-saudara’ sunnah itu. Akhirnya, tutuplah matamu dan nyalakan lilin, lalu ; “Katakanlah, telah datang kebenaran. Sesungguhnya kebatilan itu pasti sirna”.
==========================================================
Hikmah yang bisa diambil dari inspirasi di atas ;
Mencaci maki kerusakan dan kekacauan di sekitar kita tak akan memperbaiki masalah. Hanya dengan bertindak nyata-lah, InsyaAllaah kebathilan ‘kan sirna, berganti dengan kebaikan. Jangan hanya jadi komentator, jadilah partisipator
==========================================================
Diambil dari buku Arsitek Peradaban,
Ditulis oleh Ust. Anis Matta Lc. (wakil Ketua DPR RI 2009 – 2014)
[Cerita ini disadur dari : KisahInspiratif.com yang dipublis kembali versi redaksibengkulu.co.id]