Pameran Lukisan “Pasangan Terburuk”, Visual Gigs Kolektif #1

0
29

Pameran Seni Rupa “Pasangan Terburuk” Visual Gigs Kolektif #1


RedAksiBengkulu..co.id, BENGKULU – Wacana Gigs merupakan sebuah peristiwa yang telah berusia cukup tua di kalangan pergerakan dunia subkultur dan scene musik indie. Hingga saat ini semangat kolektif yang dibangun oleh beberapa kelompok scene di daerah telah banyak melahirkan karya-karya yang sangat beragam yang memiliki spirit. Visual Gigs Kolektif lahir atas dasar semangat guyub yang didukung oleh kawan-kawan Seni Rupa Bengkulu, yang terilhami dari semangat kolektif sebagai tradisi yang telah terbangun di dunia subkultur.

Hal ini juga di dorong oleh fenomena perkembangan seni rupa daerah yang tidak menutup kemungkinan juga akan didukung oleh kawan-kawan di luar daerah. Karena ritus ini merupakan peristiwa yang dirancang berkelanjutan dan terus dikembangkan.

Bekerja dan berkarya secara kolektif adalah upaya membangun ruang kesadaran bahwa people power masih hidup dan dihidupi sampai hari ini. Visual Gigs Kolektif merupakan media bagi kawan-kawan untuk berjejaring secara luas dan luwes dengan banyak personal dan kelompok sangat memungkinkan untuk berhimpun dan menjalin silaturahmi. Ruang belajar bersama dalam laku dan proses perkembangan seni rupa daerah yang terus terseret oleh perkembangan dunia luar, menuntut untuk berkontribusi positif dan kontstruksi dalam capaian yang ideal.

Dari Visual Gigs Kolektif yang diwancanakan ini, merupakan awal untuk membuka pintu selebar-lebarnya bagi mereka yang setia dan miliki gairah yang sama dalam seni rupa. Dan bukan untuk sekedar budaya banding apa lagi budaya tanding. Karena kami menganggap hal tersebut terlalu ambisius, tapi lebih kepada kesadaran bersama bahwa masih banyak faktor yang menghambat pertumbuhan medan seni rupa daerah baik internal maupun eksternal.

Dengan demikian, sekarang telah tiba era dimana tiap kita berkesempatan mengakses sekaligus bertukar informasi serta berjejaring dengan siapapun demi penguatan kapasitas personal dan kelompok demi konstruksi medan seni yang dihidupi bersama untuk menjadi sebuah ruang nyata yang dapat dirawat bersama pula.

(Kiri ke Kanan) Topik Ajo (Perupa), Suyitno (Kurator), Muhammad Affif (Perupa). [Foto : M Affif]

Visual Gigs Kolektif #1 yang baru saja usai diselenggarakan di Cafe Art Taman Budaya Bengkulu, Sabtu – Minggu, 31 Maret – 1 April 2018 ini merupakan sebuah doa dan pengharapan atas banyak hal. Karya Rupa Topik Ajo menampilkan 5 lukisan dengan Judul “Puncak Jatuh”. Sedang Muhammad Affif menampilkan 4 karyanya diberi judul “Tanpa Siasat Jalan di Tempat”. Tabik !

 

Pengantar Kuratorial

Oleh : Suyitno (Dinamika Dunia)

” Mereka tidak sedang main-main! ”

Berawal pada perjumpaan dengan seorang Perupa muda Bengkulu, Muhammad Affif di suatu hari. Beberapa pertanyaan, cerita dan rasa penasaran merupakan hal sederhana yang kemudian berkembang menjadi ide kreatif dalam laku seni rupa. Tawar menawar dalam suatu penawaran tentu merupakan kewajaran yang sifatnya wajib untuk terjadi. Tak terkecuali ketika adanya ide menghimpun beberapa perupa untuk dapat terlibat dalam suatu peristiwa seni rupa.

Walau pada akhirnya dengan berbagai pertimbangan, akhirnya sepakat untuk menggandengkan 2 perupa dalam 1 peristiwa. Topik Ajo, adalah pilihan sebagai “Pasangan Terburuk” dalam mini eksibisi kali ini.

Pasangan terburuk merupakan tema yang diusung dalam pameran kali ini. Dalam lingkup dan skala peristiwa kecil ini merupakan pilihan dan upaya dan berada pada jalur alternatif yang bersifat tak terikat pada apapun dan berupaya terlepas dari segala hal yang menghambat untuk terjadinya peristiwa seni rupa yang didasari oleh inisiatif seniman.

Anda tidak dapat mengatakan, bahwa yang dilakukan kali ini bersifat main-main atau tidak memiliki keseriusan dalam penggarapannya baik dalam proses kreatif kekaryaan maupun bentuk penyelenggaraannya. Bentuk-bentuk apresiasi dari setiap individu tentu berbeda. Walau pada dasarnya kesepahaman akan suatu hal dapat diupayakan untuk menjadi satu persepsi.

Adalah suatu kebanggan tersendiri sampai terjadinya peristiwa Seni Rupa Visual Gigs Kolektif #1 ini, dan layak untuk mendapatkan apresiasi tertinggi ditingkatan ranah Seni Rupa daerah. Karena peristiwa seni rupa kali ini bukanlah sebuah peristiwa ‘dalam rangka’ populer yang selalu dijadikan parameter yang menaikkan level dan gengsi. Dan bagaimana adanya upaya dalam memenuhi syarat dan pra syarat terjadi sebuah peristiwa seni rupa yang meliputi berbagai hal, dengan semangat guyup yang dijalani.

Termasuk upaya adanya muatan pemikiran yang melandasi hingga terjadinya peristiwa ini. Lantas, tidak ada alasan untuk berargumentasi bahwa yang dilakukan kali ini mengesampingkan kualitas dan sembarangan.

Penulis mengutip “siap tidak siap, harus siap. Dan tidak ada waktu yang tidak tepat, tidak ada situasi yang salah”. Sederhananya, bagaimana mental dipertaruhkan untuk memulai tanpa menunggu momen. Dan tentu inisiatif adalah vital untuk ditumbuhkan.

Kembali kepada tema, klaim atas diri sebagai yang terbaik adalah hal lazim yang kerap kita jumpai. Pengantar kuratorial ini tidak ingin mengaitkannya dengan analog apapun, namun tentu saja kita dapat menganalogikannya dengan kapasitas dan perspektif masing-masing.

 

SEBAGAI PENANDA DAN PEMETAAN PERGERAKAN SENI RUPA DAERAH

Tidak ada salahnya jika ada anggapan bahwa suatu peristiwa seni rupa yang terjadi merupakan sebuah penanda sebagai pemetaan perkembangan seni rupa. Dan rasanya kita akan sepakat akan hal itu walau tentu saja pro-kontra tetap berlaku.

Dalam perjalanan setiap peristiwa seni rupa terdapat fenomena-fenomena yang menarik untuk dapat disikapi dalam berbagai perspektif. Terlepas dari setiap kendala yang ada, rasanya bukanlah suatu persoalan yang mengakibatkan peristiwa seni rupa menjadi stagnan. Maka, solusi dari setiap kendala yang ada merupakan tugas bagi para pelaku rupa individual maupun kelompok untuk berinovasi dalam melahirkan ide yang diwacanakan.

Belum lagi persoalan ruang dan media karya sesuai standar baku dan gengsi merupakan persoalan klasik yang tak kunjung usai. Namun bagi kalangan perupa marginal, hal tersebut bukanlah sebuah persoalan.

Harus disadari dan tidak dapat dipungkiri, bahwa perbedaan dalam pemahaman yang dianut masing-masing individu tidak dapat dipaksa untuk mengikuti cara dan gaya ideal menurut pemahaman yang dimiliki. Dari sini, semoga kita dapat lebih bijak dalam menyikapi setiap fenomena yang terjadi. Terlepas atas konflik gesekan yang slalu memiliki potensi untuk terjadi dalam setiap kesempatan, adalah kemesraan yang selalu menghangatkan untuk dapat direfleksikan dalam sebuah wacana dan ide kreatif.

Selamat dan salam hangat selalu untuk “Pasangan Terburuk”, Topik Ajo & M. Affif.

Lukisan karya Topik Ajo. [Foto ; Muhammad Affif]
Lukisan karya Topik Ajo. [Foto ; Muhammad Affif]
Lukisan karya Muhammad Affif. [Foto ; Muhammad Affif]
Lukisan karya Muhammad Affif. [Foto ; Muhammad Affif]
Lukisan karya Muhammad Affif. [Foto ; Muhammad Affif]
Lukisan karya Muhammad Affif. [Foto ; Muhammad Affif]

Comments

comments


LEAVE A REPLY

Please enter your comment!

Please enter your name here