Siklon Cempaka dan Dahlia, Mungkinkah Karena Ulah Manusia ?
RedAksiBengkulu.co.id, JAKARTA – Beberapa hari yang lalu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengumumkan telah terbentuknya dua siklon tropis, yakni Siklon Cempaka dan Dahlia di wilayah Indonesia. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Indonesia diterjang dua siklon sekaligus.
Siklon Cempaka terbentuk di daerah Selatan Jawa, sekitar 100 km sebelah Selatan Tenggara Cilacap pada titik 8,6 derajat Lintang Selatan (LS) dan 110,9 derajat Bujur Timur (BT). Sedangkan siklon Dahlia terbentuk di wilayah 470 km sebelah Barat Daya (BD) Bengkulu pada 8,2 derajat Lintang Selatan (LS) dan 10,8 derajat Bujur Timur (BT).
Menurut BMKG, secara klimatologis Siklon Tropis di Indonesia hampir tidak mungkin untuk bisa terbentuk. Kalau pun bisa terbentuk, jaraknya akan cukup jauh dari daratan Indonesia. Hal ini disebabkan karena Indonesia berada di wilayah khatulistiwa, sehingga gaya coriolis di wilayah ini terlalu kecil atau mendekati nol (0).
Gaya coriolis adalah gaya semu akibat pengaruh rotasi bumi sehingga angin seolah-olah dibelokkan ke kanan dari Belahan Bumi Utara (BBU) dan dibelokkan ke kiri dari Belahan Bumi Selatan (BBS). Gaya corioli inilah yang merupakan salah satu faktor terbentuknya angin siklonik, yaitu gerakan angin memutar. Umumnya pembentukan Siklon Tropis ini efektif pada daerah lintang lebih dari 10 derajat Lintang Utara (LU) maupun Lintang Selatan (LS).
Menurut data BMKG, di Pulau Jawa, frekuensi terbanyak kejadian Siklon Tropis adalah pada Februari, dengan 122 (23%) kejadian selama 42 tahun pengamatan (1964-2005). Sementara itu, pada November hanya terjadi 5% dan Desember terjadi 14%. Namun, fakta ini terbantahkan oleh fenomena Siklon Cempaka dan Dahlia yang terjadi di Indonesia dalam waktu yang berdekatan.
Apakah penyebabnya? Mungkinkah ini karena ulah manusia? Melalui tulisan ini, mari kita ketahui apa itu Siklon Tropis dan seberapa besar pengaruh manusia sebagai penyebab terjadinya Siklon Cempaka dan Dahlia.
BMKG menjelaskan, dalam situs meteo.bmkg.go.id, Siklon Tropis merupakan badai dengan kekuatan yang besar. Radius rata-rata Siklon Tropis mencapai 150 hingga 200 km. Siklon Tropis terbentuk di atas lautan luas yang umumnya mempunyai suhu permukaan air laut hangat, lebih dari 26.5 °C. Angin kencang yang berputar di dekat pusatnya mempunyai kecepatan angin lebih dari 63 km/jam. Siklon Tropis dapat terbentuk, baik dalam waktu sehari sampai beberapa minggu.
Ada enam kondisi penting untuk dapat berkembangnya Siklon Tropis. Yakni terdapat air laut yang hangat dengan temperatur sekitar 26,5 derjat celsius hingga kedalaman tertentu sekitar 50 meter. Lapisan dalam laut dalam kondisi yang tidak stabil, kondisi kelembaban yang tinggi, sampai setidaknya ketinggian 5 km.
Adanya perbedaan tekanan yang cukup signifikan di suatu wilayah, angin vertikal berhembus pelan, sehingga dapat memungkinkan terbentuknya pusaran angin, berada pada setidaknya jarak 500 km dari khatulistiwa namun di dalam radius itu tetap memungkinkan, meskipun kecil peluangnya.
Aktivitas Manusia Memicu Perubahan Iklim ?
Deputi Klimatologi BMKG Herizal mengatakan, perubahan iklim ikut berperan menambah semakin banyaknya siklon. Herizal menjelaskan, saat suhu di permukaan Laut Pasifik mendingin, yang menjadi indikator La Nina, suhu di wilayah Perairan Indonesia bertambah panas. Menurutnya, hal ini memberikan dampak pada terjadinya siklon tropis dengan cepat.
“Kalau potensi dari La Nina meningkat, artinya di sana makin dingin, suhu perairan kita meningkat, maka potensi terjadiinya gangguan lebih banyak lagi,” kata Herizal.
Apabila suhu semakin meningkat, maka tekanan udara di Indonesia semakin rendah, maka aliran udara sebagian akan masuk ke pusat tekanan rendah itu dulu sebelum lewat ke tempat lain. Sehingga membentuk daerah pumpunan awan badai, atau awan CB. El Nino dan La Nina yang sebelumnya terjadi dalam rentang waktu 7-11 tahun kini juga lebih cepat. Sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa intensitas dan frekuensi Siklon Tropis di Indonesia juga akan meningkat.
Hal ini mengisyaratkan kita bahwa kondisi alam sudah semakin parah. Perubahan iklim yang memicu fenomena cuaca ekstrim membuat manusia harus semakin waspada.
Penyebab utama perubahan iklim adalah pemanasan global. Menurut IPCC (Intergovernmental Panel On Climate Change), aktivitas manusia memberikan sumbangsih terbesar terhadap pemanasan global. Salah satu indikator yang menyebabkan pemanasan global adalah bertambahnya gas rumah kaca, yaitu gas metana dan CO2 , secara cepat akibat kegiatan manusia.
Hampir setiap kegiatan manusia melepaskan sebagian CO2 ke udara, seperti penggunaan bahan bakar fosil untuk industri, transportasi, penggundulan dan kebakaran hutan, serta aktivitas pertanian dan peternakan yang menyumbang gas metana.
Gas rumah kaca tersebut bersifat menyimpan panas laten yang membuat suhu bumi semakin panas. Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan pada atmosfer di mana daerah yang mendapat banyak sinar matahari semakin panas, sehingga terjadi perbedaan tekanan udara yang signifikan dan menyebabkan adanya anomali cuaca di berbagai belahan bumi.
Perubahan iklim dapat mencairkan es di kutub, terjadi perubahan arah dan kecepatan angin. Kemudian meningkatkan badai atmosfir, seperti angin puting beliung, gelombang pasang, meningkatkan intensitas petir. Perubahan pola tekanan udara, perubahan pola curah hujan (banjir dan longsor serta kekeringan), perubahan ekosistem, hingga bertambahnya jenis organisme penyebab penyakit.
Aktivitas-aktivitas manusia inilah yang tidak memperdulikan lingkungan membuat bumi semakin tidak ramah kepada manusia dan menjadikan bumi semakin tidak nyaman ditempati lagi.
Apa yang Harus Dilakukan ?
Kegiatan yang dapat dilakukan untuk menghambat laju perubahan iklim adalah dengan cara mengurangi konsentrasi gas rumah. Bagaimana caranya? Caranya yaitu dengan mematikan peralatan listrik jika sedang tidak digunakan. Gunakan peralatan listrik ketika kita membutuhkannya. Gunakan jenis lampu fluorescent dan lampu hemat energi untuk menghemat listrik.
Jenis lampu hemat energi akan memangkas 80 % boros listrik daripada lampu pijar. Hemat penggunaan kertas dan tissue karena terbuat dari kayu yang harus ditebang dari pohon di hutan. Sedangkan hutan dibutuhkan untuk menetralisir emisi CO2 di udara. Manfaatkan sampah non organik untuk didaur ulang. Jangan ragu untuk mulai menanam pohon dan terus tambah koleksi tanaman di halaman rumah, baik itu tanaman hias, bunga, buah atau apotik hidup, sayuran dan bumbu dapur.
Jika sebagian besar warga bumi melakukannya, akan memberikan manfaat yang sangat signifikan untuk mereduksi CO2 di udara dan pada akhirnya pemanasan global pun dapat diredam. Kurangi penggunaan kendaraan bermotor jika jarak yang dituju masih bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Karena selain mengurangi gas CO2, berjalan kaki itu sehat. Hentikan pengundulan hutan dan membuka lahan dengan cara dibakar.
Baca Juga :
Terdeteksi Adanya Siklon Tropis Cempaka, Sepekan Ini BMKG Imbau Waspada
Beritahu kepada sebanyak mungkin orang sebagai warga bumi, akan bahaya pemanasan global. Ajarkan anak dan cucu untuk menghormati serta turut menjaga alam dan lingkungan. Dengan begitu, maka kegiatan-kegiatan ini dapat membantu memulihkan keseimbangan proses alami bumi dan menghentikan perubahan iklim.
Ibarat pepatah, ‘Jika kita ingin dicintai dan dijaga oleh alam, marilah kita terlebih dahulu mencintai dan menjaga alam’. (RILIS : Aradiva Claudia, STMKG)
Comments


