Meski Belum ‘Disentuh’ Pemerintah Daerah, Penangkar Puspa Langka Ini Diapresiasi PLN
Laporan : Hendra Afriyanto
RedAksiBengkulu.co.id, KEPAHIANG – Meski satu sisi upaya Holidin si Penangkar Puspa Langka Amorphophallus selama hampir 20 tahun belum membuat Pemerintah Daerah (Pemda) Kepahiang bergeming, namun ada kemudahan dibalik kepeduliannya melestarikan flora kebanggaan masyarakat Kepahiang tersebut. Buktinya, belasan karyawan PT. PLN Sektor Pengendalian dan Pembangkit (Dalkit) Bengkulu ketika berkunjung ke lokasi mekarnya Amorphophallus Gigas pada Selasa (11/10/2016) lalu, sangat mengapresiasi upaya Holidin.
Di lokasi mekarnya bunga bangkai raksasa itu, Manajer PT. PLN Dalkit SBKL, Dinda Alamsyah mengatakan, apa yang dilakukan Holidin sangat mulia. Karena itu merupakan bagian dari upaya pelestarian hutan dan konservasi yang sejalan dengan visi PLN.
“Apa yang dilakukan Holidin tentu kami sangat mendukung”, ujar Dinda Alamsyah.
Tak hanya sekedar mengunjungi lokasi penangkaran untuk melihat puspa langka tersebut, bahkan kru dari PLN itu memberikan bantuan kepada Holidin berupa perlengkapan outdoor seperti tenda, sandal gunung, spanduk dan lain-lain.
“Kami bantu perlengkapan dan bahan edukasi untuk memberi tahu ke masyarakat, bahwa sebagai warga Bengkulu, kita harus bangga dengan adanya tumbuhan langka yang bisa dengan mudah tumbuh di tanah Bengkulu”, jelas Alamsyah.
Baca Juga : Pria Ini Menangkar Bunga Bangkai Raksasa Sudah Nyaris 20 Tahun, Sayangnya Pemerintah Daerah…
Disinggung mengenai jika puspa langka tersebut memiliki potensi besar sebagai Ekowisata bagi daerah (Kepahiang), apakah PLN akan turut serta mendukung, kepada RedAksiBengkulu.co.id Alamsyah menjawab sangat setuju. Dijelaskannya, hanya saja jika bicara ke arah Ekowisata, harus ada upaya serius pemerintah daerah dalam pengelolaannya.
“Pada prinsipnya kami sangat mendukung hal-hal yang terkait dengan pelestarian hutan dan lingkungan. Bentuk dukungannya tentu sesuai dengan kemampuan kami. Asalkan pengelolaannya dikendalikan dengan baik. Karena jika sebaliknya, maka akan berdampak buruk,” tutup Alamsyah.
Dilansir mongabay.co.id , peluang pemerintah daerah mengembangkan sektor ekowisata dengan memanfaatkan pesona Amorphophallus yang mekar terbuka lebar, asalkan pemerintah daerah serius mengembangkan sektor ini. Holidin pun memiliki kiat khusus termasuk cara memperbanyak dan merawat Amorphophallus.
Asalkan jumlahnya (populasi) banyak, walau tidak tepat 100 persen, namun bisa dipercepat dan diatur kapan (waktu) berbunganya. Pengunjung pun, tidak semata-mata untuk melihat dan berfoto namun mengetahui lebih jauh tentang puspa mengagumkan itu termasuk melihat batang, daun, umbi dan jenis lainnya.
Guru Besar Ilmu Manajemen Universitas Indonesia yang dinobatkan sebagai Guru Manajemen Dunia Rhenald Kasali, terang Holidin, telah berupaya konservasi Amorphophallus di Rumah Perubahan, di Jawa Barat.
“Saya sempat menanyakan mengapa ingin melakukan hal itu? Pak Rhenald menjawab, Amorphophallus merupakan bunga bernilai tinggi. Dia mengajak saya untuk membantunya. Apapun yang saya butuhkan dan perlukan akan disediakan,” ujar Holidin yang mulai membantu Rhenald Kasali di awal 2016.
Diketahui, Amorphophallus merupakan tumbuhan yang termasuk dalam marga talas-talasan (Araceae) dan tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan hingga Sulawesi. Bentuk umbinya bulat, bulat gepeng hingga silindris memanjang. Menyadur dari dokumen Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Rafflesia Arnoldi dan Amorphophallus Titanum 2015 – 2025, marga Amorphophallus di seluruh dunia berjumlah sekitar 200 jenis.
Indonesia memiliki 25 jenis yang 17 jenisnya endemik. Sebanyak 8 jenis di Sumatera, 5 jenis di Jawa, 3 jenis di Kalimantan dan 1 jenis di Sulawesi. Jenis-jenis endemik Sumatera adalah Amorphophallus Asper, Amorphophallus Beccarii, Amorphophallus Forbesii, Amorphophallus Gigas, Amorphophallus Gracilis, Amorphophallus Hirsutus, Amorphophallus Manta, dan Amorphophallus Titanum.


