Disinggung Soal Eceng Gondok Di Perairan Sungai Musi, Ini Jawaban PLTA Musi Ujan Mas ….
Laporan : Aji Asmuni
RedAksiBengkulu.co.id, KEPAHIANG – Di Kecamatan Ujan Mas Kabupaten Kepahiang, diketahui ada 3 desa yang dulunya dikenal sebagai pengrajin Eceng Gondok. Ketiga desa itu, Desa Tanjung Alam, Air Hitam, Desa Suro Bali. Disebut-sebut sebagai daerah pengrajin Eceng Gondok, karena memang bahan baku Eceng Gondok berlimpah di desa-desa itu.
Produk-produk kerajinan dari Eceng Gondok yang pernah diproduksi berupa perabot rumah tangga, souvenir dan lainnya. Lalu yang menjadi kendala bagi warga setempat selama ini sehingga industri kerajinan Eceng Gondok itu tidak berkembang, karena kurangnya modal dan sulitnya pemasaran.
Baru-baru ini, beberapa warga dari tiga desa itu dikumpulkan di Desa Tanjung Alam, berdiskusi dengan Wakil Bupati Kepahiang Netty Herawati di rumah Kepala Desa Tanjung Alam, Ferry Marzoni. Mereka berdiskusi tentang kerajinan Eceng Gondok.
Dalam diskusi itu, Netty menyampaikan, Bank Indonesia (BI) menawarkan peluang bagi masyarakat desa yang berkarya atau berkreasi membuat suatu produk khas lokal daerah. Peluang yang dimaksudkan adalah peluang dalam hal bantuan permodalan dan pemasaran produk kerajinan lokal.
Terlepas dari perihal diskusi di atas. Setelah mengetahui informasi ini, PLTA Musi Ujan Mas menyambut baik program dari Bank Indonesia melalui Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kepahiang bersama 3 desa binaan yang dimaksud. Dan dalam hal ini, PLTA Ujan Mas merespons dan bahkan berencana akan membantu desa-desa yang akan memproduksi kerajinan dari Eceng Gondok tersebut.
Dikatakan Manajer PLN (Persero) Sektor Pengendalian Pembangkit Bengkulu, Dinda Alamsyah melalui Manajer SDM dan Administrasi, Rusman, pihaknya sangat mengapresiasi desa-desa yang dimaksudkan jika memang akan memproduksi kerajinan tangan berbahan baku Eceng Gondok. Bagi PLTA, kata Usman, Eceng Gondok memang dianggap sebagai gulma atau tanaman pengganggu di perairan di sepanjang Sungai Air Hitam dan Air Lanang.
Dan satu sisi, sambung Usman, kondisi perairan Sungai Air Hitam dan Air Lanang harus selalu terjaga agar debit air tidak berkurang dan aliran air di sungai itu lancar. Mengingat ketersediaan air di sungai itu sangat dibutuhkan karena sebagai penggerak mesin-mesin turbin untuk menghasilkan arus listrik.
“Kami setuju dan Insya Allaah kami juga siap bantu warga di desa-desa itu, khususnya bagi pengrajin Eceng Gondok. Kami juga melihat dalam hal ini antara PLTA dan warga bisa saling diuntungkan”, kata Rusman.
Baca Juga :
Diskusi Di ‘Desa Republik’, Wabup Kepahiang Ajak Warga Manfaatkan Peluang
Rusman menambahkan, akan ada hubungan simbiosis mutualisme antara PLTA dan warga dari desa-desa di sepanjang perairan sungai tersebut. Perairan sungai jadi terbebas dari gulma Eceng Gondok, sedang warga bisa mendapatkan bahan baku dengan mudah untuk menjadikan Eceng Gondok itu menjadi produk bernilai ekonomis.
“Harapan kami, semoga ini bisa terwujud. Dan mungkin akan lebih baik PLTA dan pihak desa bisa duduk bersama terlebih dahulu, guna membahas perihal ini”, demikian Rusman.
Eceng Gondok (eichhornia crassipes) adalah salah satu jenis tumbuhan air mengapung. Eceng Gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng Gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya.
Perkembangan Enceng Gondok di perairan sungai, danau, hingga ke perairan payau memang sangat pesat. Selintas Enceng Gondok tidak berguna bagi masyarakat di sekitar pinggiran sungai, karena Enceng Gondok satu sisi dinilai sebagai tanaman parasit yang mengotori sungai dan menyebabkan sungai tersumbat atau meluap karena jumlahnya yang sangat banyak. Namun jika kita jeli mencari peluang, Eceng Gondok sangat bermanfaat dan memberikan peluang usaha sebagai bahan dasar kerajinan (handy craft).


