Artikel Berita:
Redaksibengkulu.co.id, Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami gejolak dramatis pada perdagangan kemarin. Sempat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (all time high) di level 8.354,67 pada pembukaan, IHSG justru berbalik arah dan merosot tajam menjelang penutupan sesi pertama. Pelemahan berlanjut hingga sore hari, sebelum akhirnya sedikit pulih dan ditutup melemah 1,87% di level 8.117,15.
Kondisi ini sontak memicu pertanyaan di kalangan investor. Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta Utama, mengungkapkan bahwa salah satu faktor pemicu adalah wacana perubahan metodologi penghitungan free float oleh MSCI, yang berencana menggunakan data dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Rebalancing atau pengocokan ulang emiten Indonesia dalam indeks global MSCI juga turut memengaruhi pergerakan IHSG.

Related Post
Selain faktor internal, kondisi makro ekonomi global juga memberikan tekanan. Dinamika perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China, serta angka inflasi AS yang meningkat menjadi 2,9% pada bulan September, turut memengaruhi sentimen pasar. "Sepertinya ini terjadi penyesuaian metodologi MSCI terhadap perhitungan saham Indonesia. Bahkan MSCI juga mengumumkan bahwa mereka melakukan konsultasi terkait dengan metode perhitungan metode free float untuk para konstituen saham di Indonesia," ungkap Nafan.
Analisis dari Phintraco Sekuritas juga mengindikasikan bahwa IHSG tertekan oleh pelemahan saham-saham grup konglomerasi dan saham yang terkait dengan MSCI. Rencana penyesuaian metodologi perhitungan free float oleh MSCI menjadi perhatian utama.
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik, menyatakan bahwa pihaknya telah terbuka untuk berdiskusi dengan MSCI terkait metodologi ini. BEI juga mempersilahkan MSCI untuk berkomunikasi langsung dengan KSEI. "Ya kalau dari kami kan sudah beberapa kali diskusi dengan MSCI. Nah untuk yang ini, karena yang disebut-sebut adalah KSEI ya silahkan saja kalau MSCI mau menambah informasi lebih lanjut," ungkap Jeffrey.
Jeffrey menambahkan bahwa BEI akan proaktif dalam berdiskusi dengan MSCI, seperti yang telah dilakukan sebelumnya terkait ketentuan Papan Pemantauan Khusus (Full Call Auction/FCA).
MSCI sendiri tengah meminta masukan dari pelaku pasar terkait rencana penggunaan Monthly Holding Composition Report dari KSEI sebagai referensi tambahan dalam menghitung free float saham emiten Indonesia. Saat ini, emiten hanya melaporkan pemegang saham dengan kepemilikan di atas 5% kepada BEI, sementara data KSEI memberikan gambaran yang lebih rinci terkait pemegang saham di bawah 5%.
Wacana ini masih dalam tahap konsultasi dan belum pasti diberlakukan. MSCI akan menerima masukan hingga 31 Desember 2025, dan hasilnya akan diumumkan sebelum 30 Januari 2026. Jika disetujui, perubahan ini akan diimplementasikan pada review indeks bulan Mei 2026. Investor diharapkan untuk terus memantau perkembangan informasi terkait hal ini.









Tinggalkan komentar