Redaksibengkulu.co.id – Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, mengungkapkan bahwa penurunan suku bunga sebenarnya memungkinkan. Namun, rencana Presiden AS Donald Trump untuk menaikkan tarif impor menjadi penghambat utama. Melansir CNBC, kebijakan tarif tersebut membuat proyeksi inflasi di AS melonjak signifikan, memaksa The Fed untuk menahan diri.
Pernyataan Powell ini muncul di tengah tekanan politik dari Gedung Putih agar The Fed menurunkan suku bunga. Bulan lalu, The Fed mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25%-4,5%, sejak Desember lalu. Ketika ditanya soal kemungkinan penurunan suku bunga Juli ini, Powell menjawabnya bergantung pada perkembangan data ekonomi. Meski demikian, prediksi CME FedWatch menunjukkan peluang lebih dari 76% bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga.
Keputusan The Fed ini membuat Trump dan timnya geram. Trump bahkan secara terang-terangan mengkritik Powell atas ketidakmampuannya menurunkan biaya pinjaman, bahkan menyebut Powell sebagai sosok dengan kemampuan mental rata-rata. Meskipun masa jabatan Powell sebagai ketua The Fed berakhir pada 2026, ia masih dapat menjabat sebagai gubernur hingga 2028.
Related Post
Kebijakan tarif Trump yang sering berubah-ubah, terkadang diumumkan lalu ditunda, membuat pasar global dan pembuat kebijakan moneter waspada. Pada awal April, Trump mengumumkan rencana tarif tinggi untuk barang impor, namun beberapa minggu kemudian menundanya, terutama setelah pasar saham AS anjlok. Ironisnya, pasar saham AS kini telah pulih dan mencetak rekor baru, dengan indeks S&P 500 mencapai level tertinggi sejak Februari. Situasi ini semakin memperumit langkah The Fed dalam menentukan kebijakan moneternya.
Leave a Comment