Potensi Perang Iran-Israel: Bencana Ekonomi Global di Depan Mata?

Redaksibengkulu.co.id – Perang antara Israel dan Iran yang semakin memanas menimbulkan ancaman serius terhadap perekonomian global. Kenaikan harga minyak dunia menjadi dampak paling signifikan, memicu kekhawatiran akan terganggunya alur logistik dan pasokan barang serta jasa secara global.

Posisi strategis Iran dan Israel di Timur Tengah, wilayah penghasil minyak terbesar dunia dan jalur utama perdagangan maritim, menjadi titik krusial. Gangguan di jalur laut Timur Tengah akan berdampak langsung pada perjalanan kapal kargo ekspor impor global. Investor cemas, peningkatan biaya pengiriman akan membebani konsumen.

Banyak kapal terpaksa menempuh rute yang lebih panjang mengelilingi Afrika untuk perjalanan antara Asia dan Eropa, menambah waktu tempuh hingga dua minggu dan biaya sekitar US$ 1 juta per perjalanan, menurut seorang akademisi di Sekolah Ekonomi Hanken, Sarah Schiffling, seperti dikutip dari News Sky. Hal ini berujung pada berkurangnya pasokan barang dan jasa global serta menghambat jaringan transportasi dan rantai pasok.

Ancaman Iran untuk memblokir Selat Hormuz, jalur perdagangan minyak dunia yang menghubungkan Teluk Persia dan Laut Arab, semakin memperparah situasi. Jika jalur ini terganggu, harga minyak akan melonjak drastis. Kenaikan harga minyak akan berdampak luas, mulai dari industri hingga penerbangan, dan berpotensi meningkatkan inflasi global. IMF memprediksi inflasi di negara maju akan naik sekitar 0,4% untuk setiap kenaikan harga minyak sebesar 10%.

Ketegangan antara kedua negara meningkat setelah serangan Israel pada 13 Juni 2025 ke fasilitas militer dan program nuklir Iran. Israel, yang mengantisipasi serangan balasan, menutup ruang udaranya untuk penerbangan komersial. Iran membalas dengan serangan rudal pada Sabtu dini hari, sebagai respon atas serangan Israel yang menewaskan puluhan warga Iran. "Serangan rudal Iran terhadap rezim Zionis dimulai dari Teheran dan Kermanshah," demikian laporan TV pemerintah Iran, seperti dilansir AFP. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi konflik dan dampak ekonomi yang lebih buruk lagi.