Redaksibengkulu.co.id – Pengembangan program B50 atau biosolar dengan campuran minyak sawit 50% diprediksi akan memangkas ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia hingga 5,3 juta ton pada tahun mendatang. Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, mengungkapkan potensi ini di Kantor Presiden, Jakarta Pusat, Kamis (9/10/2025).
Amran menjelaskan bahwa produksi CPO nasional mencapai 46 juta ton, dengan 26 juta ton diekspor dan 20 juta ton diproses untuk kebutuhan dalam negeri. "Dengan adanya B50, kebutuhan CPO akan meningkat 5,3 juta ton, yang akan diambil dari volume ekspor," jelasnya. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor solar dan beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan.
Pengurangan impor solar berkat B50 akan menghemat devisa negara. Lebih lanjut, Amran menyoroti potensi kenaikan harga CPO dunia akibat penurunan volume ekspor Indonesia. "Jika ekspor kita berkurang, harga pasti naik. Pengalaman menunjukkan, kenaikan bisa mencapai 100%. Ini akan meningkatkan nilai CPO kita secara signifikan," paparnya. Sebagai produsen CPO terbesar dunia, Indonesia memiliki peran penting dalam mengendalikan harga global.

Related Post
Namun, Amran juga menekankan fleksibilitas dalam implementasi B50. Jika harga CPO dunia melonjak terlalu tinggi, pemerintah dapat menurunkan kadar sawit dalam biosolar menjadi B40. "Semuanya tergantung pada mana yang paling menguntungkan rakyat Indonesia," tegasnya.
Sebelumnya, Kementerian ESDM menyatakan bahwa uji coba B50 telah memasuki tahap final dan diharapkan dapat diimplementasikan pada semester II-2026. Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, optimis bahwa dengan B50, Indonesia tidak perlu lagi mengimpor solar. Uji coba terakhir B50 akan berlangsung selama 6-8 bulan untuk memastikan kesiapan penggunaan pada berbagai jenis mesin.









Tinggalkan komentar