Redaksibengkulu.co.id – Suasana Job Fair di kawasan Koja, Jakarta Utara, Selasa (17/6/2025) kemarin, mengungkap potret perjuangan para pencari kerja. Di balik antusiasme mencari peluang emas, tersimpan kisah pilu dan harapan yang menggantung. Mereka datang dengan bekal mimpi dan tekad yang kuat, namun juga dengan beban tanggung jawab yang berat dipundak.
Dimas (18), lulusan SMK, berharap segera mendapatkan pekerjaan untuk meringankan beban ekonomi keluarganya. Ayahnya telah tiada, dan ia kini menjadi tulang punggung keluarga bersama ibunya dan saudara-saudaranya. Kisah serupa juga dialami Oktaviani (18) yang datang bersama kakaknya. Ayahnya bekerja sebagai pemulung, sementara ibunya sebagai buruh cuci. Mereka berdua berjuang keras mencari pekerjaan untuk membantu perekonomian keluarga.

Tak hanya anak muda, Waluyo (52), mantan pegawai logistik di Ramayana yang terkena dampak efisiensi perusahaan, juga turut meramaikan Job Fair. Usia yang tak lagi muda tak menyurutkan semangatnya untuk tetap mencari nafkah hingga usia 60 tahun demi keluarganya. Heri Aswadi (48), dengan pengalaman di bidang oto part, juga menunjukkan semangat yang sama. Meski usianya tak muda lagi, ia siap bekerja di posisi apa pun demi keluarganya.

Related Post
Kisah lain datang dari Agus (39), mantan pekerja kontrak di bidang logistik, yang kini mencari peluang baru. Banyu (19), lulusan teknik mesin SMK, memilih langsung bekerja karena keterbatasan biaya untuk melanjutkan kuliah. Sementara Aulia (19), dengan pengalaman sebagai barista dan admin kantor, juga berharap menemukan pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. Wulan (33), seorang ibu dengan satu anak, juga turut berjuang mencari nafkah tambahan untuk keluarganya.
Para pencari kerja ini mewakili banyak kisah serupa di Jakarta. Mereka adalah gambaran nyata perjuangan hidup di tengah persaingan yang ketat dan harapan akan masa depan yang lebih baik. Job Fair menjadi secercah harapan bagi mereka untuk mengubah nasib dan keluarga mereka.
Leave a Comment