Redaksibengkulu.co.id – Program pemerintah untuk meningkatkan produksi susu lewat impor sapi perah terhambat. Peternak kesulitan mendapatkan modal, kendati telah mengantongi izin impor. Ketua Umum Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia (APSPI), Agus Warsito, mengungkapkan kekecewaan atas lambatnya pencairan Kredit Usaha Rakyat (KUR). "Sampai hari ini, pencairan KUR untuk impor sapi perah nyaris tak berjalan. Perbankan seakan tak responsif," keluhnya.
Meskipun impor sapi perah telah mencapai 9.000 ekor, Agus menjelaskan, kebanyakan dibiayai pengusaha besar, bukan peternak rakyat. Ia menambahkan, proses pengajuan KUR peternak sudah lengkap, termasuk BI checking, namun pencairan tetap tertunda hingga hampir empat bulan.

Selain kendala permodalan, tenor KUR lima tahun dinilai memberatkan peternak. Agus mengusulkan tenor diperpanjang menjadi tujuh tahun dengan masa tenggang satu tahun, untuk mempertimbangkan siklus reproduksi sapi dan biaya impor yang tinggi. Hal ini penting mengingat program impor sapi perah mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Related Post
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono, merespon keluhan tersebut. Ia berjanji akan menyelidiki kendala yang dihadapi peternak. Namun, ia menegaskan Kementerian Pertanian tak bisa mengintervensi perbankan. "Tugas kami membuat kebijakan yang memudahkan investasi, bukan menjamin pencairan KUR," tegasnya.
Wamentan mengklaim lebih dari 20.000 ekor sapi perah impor telah masuk Indonesia. Namun, target impor tahun ini diturunkan menjadi 100.000-150.000 ekor, dari target awal 250.000 ekor. Target impor hingga 2029 tetap 1-2 juta ekor. Persoalan akses modal ini menjadi tantangan serius bagi keberhasilan program peningkatan produksi susu nasional.
Leave a Comment