Rahasia Sukses BNI: Dari Bank Sentral Hingga Raksasa Keuangan!

Rahasia Sukses BNI: Dari Bank Sentral Hingga Raksasa Keuangan!

Redaksibengkulu.co.id – Siapa sangka, bank pertama milik Indonesia, BNI, awalnya diproyeksikan menjadi bank sentral? Perjalanan panjang BNI, yang berdiri sejak 1946 berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1946, sangat menarik untuk diulas. Margono Djojohadikoesoemo, kakek Prabowo Subianto, dipercaya sebagai Presiden Direktur pertamanya.

Awalnya, mandat BNI adalah menata perekonomian rakyat dan berkontribusi pada pembangunan nasional, sesuai UU Nomor 17 Tahun 1968 yang menetapkan BNI sebagai ‘Bank Negara Indonesia 1946’ dan mengubah statusnya menjadi Bank Umum Milik Negara. Perubahan signifikan terjadi pada 1992, ketika BNI bertransformasi menjadi Perseroan Terbatas (Persero) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1992.

Rahasia Sukses BNI: Dari Bank Sentral Hingga Raksasa Keuangan!
Gambar Istimewa : akcdn.detik.net.id

Empat tahun kemudian, BNI melangkah ke pasar modal dengan penawaran saham perdana (IPO) di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya. Sejak saat itu, kiprah BNI di bursa terus menanjak. Aksi korporasi seperti right issue pada 1999 turut memperkuat posisinya. Kini, kapitalisasi pasar BNI mencapai angka fantastis: Rp 155,90 triliun, dengan harga saham sekitar Rp 4.180 per lembar.

COLLABMEDIANET

Pemerintah, melalui PT Danantara Asset Management (Persero), masih memegang 60% saham BNI (sekitar 22,37 miliar saham). Sisanya, 40%, dimiliki publik. Fokus bisnis BNI kini tertuju pada Business Banking berbasis customer-centric, dengan delapan sektor prioritas, termasuk minyak dan gas, pertambangan, hingga ritel dan makanan-minuman.

Kinerja keuangan BNI pun gemilang. Hingga Mei 2025, aset BNI mencapai Rp 1.091,5 triliun, laba Rp 8,5 triliun, dan pendapatan Rp 15,73 triliun (pendapatan bunga Rp 26,97 triliun, beban bunga Rp 11,23 triliun). Penyaluran kredit mencapai Rp 755,44 triliun, dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) 94,5%. Return on Equity (ROE) tercatat 12,8%, Non-Performing Loan (NPL) 2%, Dana Pihak Ketiga (DPK) Rp 799 triliun, dan Current Account Saving Account (CASA) 71,7%. Capital Adequacy Ratio (CAR) berada di angka 20,8%.

Lembaga sekuritas pun memberikan beragam rekomendasi saham BBNI, antara lain: CGS International Sekuritas Indonesia (Spec Buy, support Rp 4.020, potensi naik Rp 4.200-4.290) dan PT Binaartha Sekuritas (Buy Area Rp 3.750-3.850, target price hingga Rp 4.880). Perjalanan BNI membuktikan konsistensi dan kehebatannya sebagai bank nasional terbesar ke-4 di Indonesia.

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Laporkan! Terima Kasih

Tags:

Ikutikami :

Tinggalkan komentar